TRADISI MANISAN DESA WATULAWANG
TRADISI MANISAN DESA WATULAWANG
Watulawang tidak akan pernah kehabisan cerita tentang acara tradisi. Selain pemandangan alam dan kulinernya, ada banyak tradisi yang masih terjaga di Watulawang ini, salah satunya adalah tradisi Manisan atau Barit (Bar Ngarit). Tradisi ini dilakukan tiap tahun oleh warga desa Watulawang. Manisan/Barit diadakan setelah masa panen padi.
Tradisi ini merupakan wujud syukur masyarakat yang menggantungkan hidupnya dengan Bertani, mereka bersukur karena hasil pertaniannya telah selesai, selain itu mereka juga berharap agar tanamannya dikemudian hari tumbuh subur dan melimpah. Dinamakan Manisan karena dilaksanakan setiap hari Kamis Manis (Pasaran Jawa) setelah panen padi selesai semua, dan dinamakan Barit diambil dari kata Bar Ngarit (Setelah Panen). Selain tanaman, warga setempat juga mempercayai bahwa hewan peliharaannya sebagai hewan yang turut berjasa bagi petani. Saat ini hanya kotoran hewannya yang diambil/dimanfaatkan oleh petani untuk memupuk tanamannya, pada jaman dulu para petani memanfaatkan sapi peliharaanya untuk membacak sawah.
Tradisi Manisan diselenggarakan di pagi hari, pada malam hari para ibu-ibu masak untuk dibawa ke acaara kenduri tersebut, kemudian sekitar pukul 06.30 WIB para warga akab datang menuju titik kumpuldan membawa nasi tumpeng dan kelengkapannya, biasanya titik kumpul bertempat di pertigaan jalan yang ada dilingkunganya masing-masing. Makanan yang dibawa adalah nasi tumpeng lengkap dengan lauknya, akan tetapi ada makanan wajib yang harus dibawa yaitu Lepet (makanan yang terbuat dari beras ketan dan dibungkus janur/daun kelapa yang masih muda) dan Kupat (nasi yang dibungkus menggunakan janur). Setelah semua warga kumpul, kemudain diadakan doa bersama yang dipimpin oleh sesepuh. Setelah doa selesai kemudian semua warga dipersilahkan makan bersama, dan ada yang unik lagi sebelum mereka makan, semua warga mengambil pucuk tumpengnya dan semua lauk yang ada, kemudian dibungkus menggunakan daun dan dibawa pulang untuk memberikan kepada hewan ternaknya.
Setelah kenduri manisan selesai, kemudian dilanjutkan acara kesenian Beksan Tayub. Acara ini biasanya diaksanakan di rumah Kepala Desa atau di sawah, acara ini merupakan acara hiburan untuk pada pangon (penggembala hewan ternak). Acara ini merupakan tradisi warga desa Watulawang yang setiap tahun dilaksanakan, ini merupakan wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena tanaman padi mereka menuai hasil yang melimpah dan semua warga diberi Kesehatan dan keselamatan.
Sumber : https://watulawang.kec-pejagoan.kebumenkab.go.id/index.php/web/artikel/4/88